Slamet Sugianto, S.Pd.
CGP Angkatan 3 _ Jember 2
Pengantar
Tahapan
terakhir dari rangkaian modul Program Guru Penggerak memasuki masa paripurna, pandangan
baru, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap yang telah dikembangkan dalam
proses belajar selama ini baik melalui LMS, pendampingan individu, lokakarya ,dan
kolaborasi teman PGP telah memberikan bekal bagi CGP memulai aksi perubahan
dengan program atau kegiatan sekolah yang berdampak pada murid.
Perubahan
tidaklah harus yang bombastis melainkan adanya perubahan yang positif sekecil
apapun melalui langkah-langkah kecil yang kita dapat lakukan dalam lingkungan
sekolah secara langsung yang berdampak dan terasa oleh seluruh komunitas sekolah
berimbas mampu memberikan inspirasi bagi Ekosistem sekolah untuk tergerak, bergerak
bersama-sama saling berkolaborasi, gotong royong yang solid sesuai kemampuan
pengoptimalan aset yang dimiliki bersama murid dengan suara,pilihan,dan
kepemilikan murid pengelolaan program sekolah akan berjalan dengan baik dan
mempunyai dampak yang luas bagi murid untuk mencapai kebahagiaan , kesejahteraan
(Well-Being) murid yang optimal sebuah
keadaan emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan suasana hati dan sikap
yang positif,hubungan positif dengan murid,guru,daya lenting atau
ketangguhan pengoptimalan kekuatan diri,serta tingkat kepuasan yang tinggi
terhadap pengalaman belajar mereka disekolah ( Nobie et al.2008 ).
Hal
ini selaras dengan pandangan Ki HajarDewantara : Maksud pendidikan
itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun anggota masyarakat.
Pada akhirnya, berharap melalui proses ini CGP menjadi seorang
pemimpin pembelajaran yang lebih baik, berkualitas dan mandiri serta mampu menuntun dan
membimbing arah tumbuh kembang peserta didik. Semoga ilmu
yang CGP dapatkan pada program pendidikan guru penggerak ini kelak
bermanfaat untuk diri CGP dan tentu untuk lingkungan CGP. Mengutip dari
pengantar LMS modul 3.3 sebagai dasar CGP dalam melaksanakan aksi nyata ini
,
Demikian pengantar artikel aksi nyata ini semoga bermanfaat,
Amin.
A. Peristiwa (fact) :
Latar Belakang
Program
Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya Pelajar Pancasila. Program Sekolah Penggerak berfokus pada
pengembangan hasil belajar murid secara holistik yang mencakup kompetensi
(literasi dan numerasi) dan karakter.
Kepala
sekolah dan guru dianggap sebagai motor penggerak dalam menumbuhkan kompetensi
dan karakter yang dapat dikembangkan. Ekosistem sekolah yang baik bukan untuk
menumbuhkan kompetensi, tetapi untuk menumbuhkan kolaborasi.
Kolaborasi
ini dapat menumbuhkan ekosistem sekolah yang sehat dalam hal pengetahuan,
inovasi dapat ditumbuhkan bersama. Kolaborasi seluruh elemen warga sekolah
sangat diperlukan, mulai dari kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua.
Di
dalam kelas, pengetahuan harus dipahami tidak lagi hanya pada guru tetapi juga
pada semua murid. Di sinilah kolaborasi antara guru dan murid masuk. Kolaborasi
juga dapat memperkaya sumber belajar antara guru dan murid.
Pada
Kurikulum Sekolah Profil Pelajar Pancasila merupakan karakter dan kemampuan
yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu
pelajar melalui budaya projek sekolah, pembelajaran intrakurikuler, kokulikuler
dan ekstrakurikuler.
Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan pembelajaran kokulikuler yang
dilakukan murid dengan kegiatan berupa pembelajaran berbasis projek yang
kontekstual dan interaksi dengan lingkungan sekitar .
Profil
Pelajar Pancasila bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila
dalam diri setiap individu pelajar, dan merupakan perwujudan pelajar Indonesia
sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Sebagai
upaya mewujudkan profil pelajar Pancasila SMP
Negeri 2 Bangsalsari melalui kegiatan Salah satu program yang
berdampak pada murid, yang menjadikan murid memiliki sehingga mampu
berkompetisi secara global adalah dengan Program "Gerakan Sholat Dhuha Setiap Hari dan 30
Menit Membaca Surah Yasin setiap Hari
Jum’at Mewujudkan Karakter Religius dan Mandiri".
Keterbatasan ekonomi murid SMP Negeri 2 Bangsalsari
menjadi salah satu factor tidak 100% nya anak melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Terkadang ada juga anak yang orang tuanya siap mencukupi
biaya sekolah lanjutan karena mereka berkerja sebagai TKI / TKW atau bekerja di pulau Bali. Akan tetapi
anaknya tidak mau sebab mereka menginginkan hidup seperti keluarga yang lain,
yang dibesarkan dengan keluarga yang utuh tidak dititipkan pada kakek neneknya
yang sudah tua renta, yang tidak bisa lagi mengurus justru seharusnya dirawat.
Keadaan tersebut yang mempengaruhi dan menjadikan anak muncul ketidakpedean
untuk hidup seperti temannya yang memiliki keluarga yang utuh. Anak banyak
mencari tempat, komunitas dan teman yang memberikan mereka nyaman bahagia dan
tenang menurut versi mereka. Masa labil yang menjadikan mereka memilih
pergaulan, teman dan komunitas tidak tepat yang mendorong mereka untuk
melakukan hal negatif. Di sisi lain banyak harapan dari masyarakat tempat hidup
mereka jika tidak bisa atau tidak mau melanjutkan mereka dapat berperan untuk
mampu mengembangkan religi yang ada di lingkungan nya.
Berdasarkan kondisi faktual tersebut saya tergerak
untuk mengembangkan satu program yang memperkuat mereka untuk mampu mandiri dan
memiliki prinsip positif hidup dengan memegang teguh ideologi atau hidup
secara religius. Gerakan "Gerakan Sholat Dhuha Setiap Hari dan 30
Menit Membaca Surah Yasin setiap Hari
Jum’at
Mewujudkan Karakter Religius dan Mandiri" sebagai upaya menumbuhkan Penguatan pendidikan
karakter Religius, Mandiri, dan kepemimpinan pada Murid. Kegiatan yang
berpihak dan menjadikan anak mau memimpin mandiri dan religius.
Program yang meningkatkan kompetensi murid dalam
mendalami nilai-nilai agama dan keilmuan Al-Quran yang dapat dijadikan bekal
bagi mereka untuk bisa hidup sebagai bagian dari masyarakat. Program melibatkan
seluruh murid untuk bisa mandiri dan menjadi pemimpin bagi teman-teman yang
lainnya. Keterbiasaan dan keterlatihan mereka dalam memimpin akan menjadikan
mereka pribadi tangguh yang mampu berkontribusi positif kepada lingkungan
tempat tinggal mereka.
Selama Program “ Gerakan
Sholat Dhuha Setiap Hari dan 30
Menit Membaca Surah Yasin setiap Hari
Jum’at
Mewujudkan Karakter Religius dan Mandiri " dijalankan, hasil
observasi yang saya lakukan terlihat murid sangat bersemangat dan antusias untuk memimpin
serta teman-teman lainnya yang menjadi peserta tidak canggung untuk bertanya
dan berdiskusi yang memimpinnya adalah teman sendiri. Hal itu
lah memunculkan keberanian mereka untuk memimpin dan kemandirian mereka untuk
mau mendalami pembahasan materi selanjutnya. Mereka tidak harus lagi disuruh
untuk mempelajari materi ini dan itu, tetapi berdasarkan keinginan sendiri
untuk mau belajar dan bertanya kepada guru jika mereka kebagian giliran untuk
memimpin di depan.
Sholat Dhuha Jum’at
Taqwa
Jum’at
Taqwa ( https://bit.ly/3jE9KiB )
Dokpri
Saat murid
menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (saat murid memiliki
agency), maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan
(choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses
pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid
kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses
belajarnya sendiri.
Bagaimana kita mendorong dan
menumbuhkembangkan suara
(voice), pilihan
(choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses
pembelajarannya ?
Pertama, Suara Murid (Voice)
Suara murid yang
otentik memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat
keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan
bagaimana pembelajaran mereka dinilai. Guru dapat mendorong mewadahi dan
menampung suara murid melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi
pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan sebagainya.
Berikut yang dapat kita terapkan untuk mempromosikan “suara murid”:
·
Membangun budaya saling mendengarkan.
Budaya saling mendengarkan diperoleh saat salah satu teman sejawatnya memimpin
membaca surah Yasin, sehingga ketertiban terjaga dan suasana hikmat tercapai.
Demikian juga saat selesai sholat Dhuha, mendengarkan cerita hikmah dari salah
seorang teman sejawat, semua harus mendengarkan dan memahami hikmah dari cerita
yang memberi semangat membangun diri sendiri untuk selalu berbuat baik.
·
Membangun kepercayaan diri murid
bahwa setiap suara berharga dan layak didengar. Setiap murid yang memimpin
membaca dan mengimami pada sholat Dhuha , adalah cara membangun kepercayaan
diri pada murid tersebut.
·
Mendiskusikan keyakinan kelas dan
membuat kesepakatan kelas. Sebenarnya Suara murid kita peroleh saat
guru dan murid membuat kesepakatan di kelas. Suara murid didapat untuk
memperoleh kesepakatan yang nantinya untuk menjalankan kegiatan Jum’at Taqwa
atau Sholat Dhuha.
·
Melibatkan murid dalam memberikan umpan
balik terhadap proses belajar yang telah dilakukan. Saat di akhir bulan ,
diupayakan mengadakan refleksi dari siswa sebagai bahan umpan balik terhadap
proses belajar.
·
Membuat daftar rutinitas bersama murid. Masukan dari murid untuk mengembangkan rutinitas
seputar apa yang harus dilakukan saat tiba di kelas ataupun ditempat yang lain.
·
Membuat blog murid dan majalah
dinding
untuk menyuarakan aspirasi dan kreativitas murid. Ajang kreasi dapat
dituangkan di majalah dinding , atau di blog murid yang tersedia.
Kedua, Pilihan
Murid (choice)
Dengan
memberikan pilihan pada murid atas apa dan bagaimana mereka
belajar serta bagaimana pembelajarannya direncanakan dan dilakukannya, akan
mendorong murid untuk berdaya diri, terlibat aktif dalam pembelajaran, dan
menemukenali serta menguatkan minat diri dalam pengalaman belajarnya.
Berikut ini contoh yang dilakukan guru untuk mendorong dan menyediakan
“pilihan” bagi murid di sekolah.
·
Membuka cakrawala murid bahwa ada
berbagai pilihan atau alternatif yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
sebelum menentukan sebuah keputusan. Dalam membuat berbagai Pilihan Murid didapat
saat membuat kesepakatan. Terkadang untuk membuat suasana berbeda, pilihan atau
alternatif tempat kegiatan adalah sesuatu cara memberikan pilihan pada murid.
·
Memberikan kesempatan bagi murid untuk
memilih bagaimana mereka mendemonstrasikan pemahamannya tentang apa yang telah
mereka pelajari.
·
Memberikan kesempatan pada murid untuk
memilih peran yang dapat mereka ambil dalam sebuah kegiatan/program. Kegiatan
memberikan peran menjadi imam dalam sholat atau saat memimpin membaca surah
Yasin adalah cara bagi guru untuk memunculkan Pilihan Murid
·
Memberikan kesempatan murid untuk
mengelola pengaturan kegiatan. Ini dilakukan agar murid dapat terlibat
langsung disetiap kegiatan. Hal ini tentu ada korelasi dengan Kepemilikan
Murid.
Ketiga, Kepemilikan
Murid (Ownership)
Kepemilikan
murid disini dimaksudkan ada rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan minat
pribadi murid dalam proses belajar. Dengan demikian akan mendorong murid lebih
bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri dan menunjukkan
keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses belajarnya.
Berikut beberapa contoh mempromosikan “kepemilikan murid”:
·
Mengajak murid mengatur layout kelas atau
tempat mereka sendiri.
Memberi kesempatan untuk mendesain tempat , agar muncul
pada murid bahwa kegiatan yang mereka
jalani merupakan tanggung jawab sendiri dalam segala hal yang harus dijaga dan
dijalankan.
·
Merespon umpan balik yang diberikan
murid. Memberikan respon yang positif pada murid agar supaya segala
aktifitasnya dapat dirasakan manfaat untuk dirimya dan kelompoknya. Dengan demikian
rasa keterhubungan, keterlibatan dalam aktifitasnya dapat tumbuh dibenak
mereka.
·
menciptakan lingkungan belajar di mana
murid dapat menetapkan tujuan belajar dan kriteria keberhasilan mereka sendiri,
dan memantau dan menyesuaikan pembelajaran mereka..
·
Memberi kesempatan murid membawa
sumber-sumber pembelajaran yang mungkin mereka miliki dan meminta mereka
berbagi.
Secara umum untuk
menumbuhkan kepemimpinan murid dalam proses belajar, ketiga aspek tersebut (
suara, pilihan dan kepemilikan) perlu dipertimbangkan dengan baik oleh
guru. Pilihan murid menjadi penting agar murid dapat mengambil
kepemilikan atas pembelajaran mereka. Melalui pilihan dan kepemilikan, suara
mereka kepemimpinan murid dapat terwujud sehingga murid akan bertanggungjawab
dan terlibat aktif terhadap proses pembelajaran.
Besar harapan dari program ini memberikan pembelajaran
dan pengalaman berharga bagi murid. menjadikan mereka kuat dalam pemahaman dan
pengamalan nilai-nilai keagamaan menjadikan pribadi yang religius yang tidak
mudah terbawa arus. Menjadikan murid yang mandiri dan mampu memimpin takkala
mereka hidup dan berperan sebagai bagian dari masyarakat tempat mereka tumbuh
dan berkembang. Menjadikan murid yang memiliki keleluasaan sosial, intelektual,
emosional, moral, dan spiritual.
B. PERASAAN (FEELING)
Saya
merasa sangat senang karena meskipun "Gerakan Sholat Dhuha Setiap Hari dan
30 Menit Membaca Surah Yasin setiap Hari Jum’at
Mewujudkan Karakter Religius dan Mandiri" ini masih sangat singkat
waktunya namun murid-murid sudah mulai menunjukkan perubahan yang signifikan,
dimana murid dapat menunjukkan kepemimpinannya dengan cara rutin menjalankan program dengan baik saat di kelas maupun di
luar kelas. Selain itu menumbuhkan rasa tanggung jawab, empati dan kerjasama di
antara sesama guru maupun murid.
C. PEMBELAJARAN (FINDING)
Program "Gerakan Sholat Dhuha
Setiap Hari dan 30 Menit Membaca Surah Yasin setiap Hari Jum’at Mewujudkan Karakter Religius dan
Mandiri" dapat
memberikan suatu pembelajaran yang sangat berharga karena dengan kegiatan ini
kepemimpinan murid dapat dikembangkan dengan cara memberikan kepercayaan kepada
mereka untuk mensosialisaikan sekaligus mensukseskan program ini. Selain itu,
rasa tanggung masing-masing pun nampak dalam bekerja khususnya dalam bidang
masing-masing. Namun demikian, program masih mengalami hambatan yakni masih
terdapat murid yang enggan melaksanakan program tersebut.
D. PENERAPAN KEDEPAN (FUTURE)
Saya
berharap semoga program "Gerakan Sholat Dhuha Setiap Hari dan 30 Menit
Membaca Surah Yasin setiap Hari Jum’at
Mewujudkan Karakter Religius dan Mandiri" ini bisa berjalan seterusnya
sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh
seluruh siswa senantiasa terjaga. Murid betul-betul tertanam
dalam dirinya budaya positif tentang kecintaannya terhadap nilai-nilai religius,
terutama yang saat ini enggan melaksanakan program tersebut sehingga tanpa
dikoordinir murid langsung melaksanakan dengan kesadarannya masing-masing
sebagai bahan perbaikan kedepannya. Selain itu tetap menjalin kerjasama dengan
warga masyarakat/tokoh masyarakat
setempat untuk mendukung keberlangsungan program ini di sekolah. Tentu nilai-nilai yang tertanam dampaknya dapat
dirasakan oleh sekolah maupun di keluarga dan masyarakat sekitar.
E.
VIDIO KEGIATAN DAN REFLEKSI CGP
Kegiatan : https://bit.ly/3jE9KiB
Refleksi : https://bit.ly/3Oppg06
Komentar
Posting Komentar