CGP Angkatan 2 Kab. Jember_ SMP Negeri 2 Bangsalsari
Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap memiliki pengaruh terhadap bagaiamana pengambilan sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang diambil.
Menurut
Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan yaitu “ menuntun segala kodrat yang ada
pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak dalam mengambil suatau
keputusan. Makna kata "Penuntun", dapat dipahami sebagai
"Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada murid. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran yaitu pendidikan yang memerdekakan sesuai profil Pelajar
Pancasila , maka guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang lebih
kondusif.
Pratap
Triloka menekankan interaksi siswa-guru dan terdiri dari Guru sebagai model
(bagi mereka yang di depan harus menjadi figur model), memberikan motivasi
(bagi mereka di tengah harus memotivasi), dan mendorong (bagi mereka yang di
belakang harus mendorong) dalam keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan,
termasuk dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan
keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas haruslah
berpihak dan memerdekakan murid sehingga menjadi pembelajaran yang
positif bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai
dengan pilihannya sendiri serta keputusan yang bertanggung jawab tanpa paksaan
dan campur tangan orang lain.
Pratap
Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara selaku pendiri Perguruan Taman
Siswa yang terkenal dengan semboyan ing ngarso sung toladha, ing madya
mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan, tengah
membangun motivasi/dorongan, dibelakang memberi dukungan. Berdasarkan hal
tersebut diatas guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya menerapkan
pengambilan keputusan yang berpihak pada
murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan
keputusan.
Nilai-nilai
yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang kita
ambil dalam pengambilan keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada
beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.
Adapun
nilai-nilai yang tertanam dalam diri adalah nilai-nilai yang paling kita hargai
dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan
membimbing keputusan kita.
Ketika
kita menghadapi situasi dilema etika (Benar Vs Benar) , akan ada nilai-nilai
kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang,
kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan
penghargaan akan hidup.
Begitu
juga jika kita berhadapan dengan situasi bujukan moral (Benar Vs Salah). Untuk
dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan
sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko
yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan
pada anak didik kita.
Dalam
proses menuntun anak akan diberi kebebasan namun guru sebagai pamong
dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
membahanyakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan agar anak
menemukan kemerdekaan dalam yang akan berdampak keputusan yang
tepat dan bertanggung jawab. Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu
pernah mengalam idilema etika atau bujukan moral pada sebuah keputusan yang
diambil saat menangani kasus murid atau rekan sejawat komunitas di
sekolah, dengan mempertimbangan nilai benar vs benar (situasi yang terjadi
ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan diamana dua pilihan itu
secara moral benar tetapi bertentangan), benar vs salah (seseorang membuat
keputusan antara benar atau salah)
Kegiatan
terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping dalam proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan tersebut.
Hal-hal ini bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada modul 2
sebelumnya.
Dalam
aspek pembelajaran dikelas guru sebagai pembawa agen perubahan harus bisa
mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus sebagai memberi contoh yang baik
bagi siswa memahami karakter belajar siswa serta kondisi social emosional
sebagai pemimpin pembelajaran dikelas. Dalam hal ini juga untuk terciptanya
profil pelajar Pancasila siswa harus bisa menyelesaiakan sendiri
persoalan belajarnya di kelas yang merupakan dilema bagi mereka, dan di sinilah
penting pendekatan Coaching, dimana guru sebagai coach memberi pertanyaan
pemantik yang akan dijawab oleh siswa untuk menyelesaikan sendiri setiap
persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan dilema baginya. Coaching
adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang
sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki
orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah
apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis.
Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan
langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap
keputusan yang kita ambil. Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia
meluangkan waktu jika siswa membutuhkan, atau jika meihat ada perubahan belajar
yang menurun pada siswa. Coaching dan itu tidak terlepas dari komunikasi yang
baik antara coach dan coachee, Harapan coaching dapat mengatasai masalah belajar
siswa.
Seorang
pendidik harus bisa melihat bagaiamana persoalan tersebut apakah merupakan dilema
etika atau merupakan bujukan moral, nilai-nilai yang yang akan diambilpun
merupakan nilai yang merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya
adalah sebagai pemimpin pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun
siswa tersebut kearah yang lebih baik dalam pengambilan keputusan. Keptusan
yang diambil merupakan keputusan yang bertanggung jawab.
Pengambilan
keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran tentunya akan
berdampak postif, aman, dan nyaman apabila kita bisa melihat kondisi saat mana
kita akan mengambil sebuah keputusan yang tentu yang jika itu adalah dilemma
maka kita bisa meminimalisir delema tersebut agar dalam pengambilan yang
bersifat dilemma itu tidak terlalu berpengaruh. Dan jika merupakan suatu
bujukan moral kita harus pandai bahwa hal yang dilakukan salah dan nantinnya
guru sebagai pemimpin pembelajaran akan dengan bijak membuat keputusan namum
tertap membinmbing anak menujuh ke pengambilan keputusan tepat baik untuk guru
maupun untuk siswa. Dalam hal ini siswa tetap merasa bahwa guru adalah seorang
pemimpin yang mampu membuat situasi kondusif, aman dan nyaman di lingkungan
sekolah maupun sekitarnya.
Sebagai
makhluk sosial dan sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu
keputusan tidak akan luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika
merupakan situasional, yaitu antara benar-benar memegang
aturan demi suatu keadialan. Namun terkadang kita susah membedakan mana
yang merupakan dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus berbohong
yang sudah pasti merupakan tindakan salah , meskipun tujuannya baik tetap saja
merupakan kesalahan. Adapun hal yang perlu diperhatikan sebelum
mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika, 4 paradigma,yaitu :
1. Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Dilema individu melawan masyarakat
adalah pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan kelompok yang
sangat besar dimana individu ini juga menjadi bagiannya, bisa juga konflik
kepentingan pribadi melawan kepentingan oranglain, atau kelompok kecil melawan
kelompok besar.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan dalam
paradigm ini adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti
aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan
perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengececualian
karena kemurahan hati dan kasih saying, di sisi lain.
Kebenaran lawan kesetiaan,
kejujuran dan kesetiaaan sering kali menjadi nili-nili yang bertentangan dalam
situasi dilemma etika . kadang kita perlu membuat pilihan antara berlaku jujur
dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Aapakah kita akan
jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau menjunjung nilai
kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat
sebelumnnya.
Jangka pendek lawan jangka panjang ,
paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang akan memilih akan
yang kelihatannya terbaik untuk saat ini untuk masa yang akan dating. Paradigma
ini bisa terjadi pada level personal dan permasalahan sehari-hari atau pada
level yang lebih luas.
Selain itu ada tiga prinsip
yang yang membantu menghadapi pilihan yang penuh tantangan (Kidder ,2009, hal
144) ketiga prinsip itu adalah
1.
Berpikir berbasis hasil akhir (ends-based
Thingking)
2.
Berpikir berbasis peraturan (rule base
thingking)
3.
Berpikir berbasis rasa peduli (care base
thingking)
Dan bagaimana cara mengujinya?
Ini adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan
1. Mengenali
ada nilai-nilaia yang saling bertentangan dalam situasi ini
2. Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
4. Pengujian
benar atau salah
a.
Uji legal
b.
Uji Regulasi/Standar Profesiaonal
c.
Uji intuisi
d.
Uji halaman Depan Koran
e.
Uji Panutan/Idola
5. Pengujian
paradigma benar atau salah
6. Prinsip
pengambilan keputusan
7. Investigasi
Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada diantara
2 opsi, apakah ad acara berkompromi dalam situasi ini . Terkadang
muncul sebuah penyelesaian yang kreatif yang tidak terpikirkan sebelumnya yang
bisa saja muncul ditengah-tengah kebingungan menyelesaiakan masalah.
8. Buat keputusan
9. Tinjau
lagi keputusan Anda dan refleksikan
Sebagai
seorang pendidik yang merupakan salah satu calon guru penggerak saya
merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 sebab sebelumnya kita
sering menemukan dilema namun kita belum bisa mamaneg sebuah keputusan dengan
baik baik terutama saat menemuka masalah belajar pada siswa, dengan semua
materi yang telah dipelajari dari modul pendidik sudah seharusnya meberikan
keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang.
Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan
kebahagiaan belajar mereka.
Dengan
memberi nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan
motivasi seorang pendidik dalam mengambil keputusan. Seorang pendidik
dengan berbagai cara pasti akan memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh
karena itu keputusan yang baik pula untuk perkembangan siswanya.
Kesimpulan
akhir terkait modul 3.1
Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah
dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai
kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala
proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan
kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun
masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik
harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi
social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu pendekatan yang
membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal
inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui
permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat coaching.
Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan yang dialami
oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat menemukan
jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka terciptalah budaya
postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi. Disamping
itu, terdapat nilai dan peran guru penggerak sebagai agen perubahan
transformasi pendidikan di sekolah asal dalam menerapkan budaya positif dengan
mengedepankan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Para pendidik yang mampu
membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa
depan, dan proses pengambilan keputusan berdasarkan dilema etika dengan
menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.
Terima Kasih
Salam dan Bahagia
Komentar
Posting Komentar